kebencian dengan cinta bedanya setipis sayap anai-anai.

Pages

Kamis

Lies

Apa aku berdosa jika membohongi dia serta perasaanku, tidak ketinggalan pula orang-orang di sekitarku?

Tuhan, berdosakah aku?

Persetan dengan tetek bengek cinta. Itu hanya memojokkanku seperti tersangka dan merasa berdosa seperti ini.

Dia tidak salah, dia telah menemukan jalannya untuk mencintai seseorang. Akan tetapi, tidakkah dia mengetahui orang yang ia pilih untuk dicintai itu salah? Tidak seharusnya dia memilihku untuk dia cintai. Jangan salahkan aku, dia tetap berhak memilih tapi jika yang dipilihnya aku? Aku merasa bersalah karena aku tidak mempunyai perasaan padanya sama sekali tetapi aku bersedia untuk dia cintai.

Aku tidak mencintainya, aku mencintai orang lain diam-diam. Dia tidak mengetahui itu, andai saja dia tahu, aku telah berdosa menjatuhkan perasaan cintanya hingga menelusup ke rongga bumi sampai ditelan bumi. Aku tidak ingin menyakiti orang, terlebih orang yang mencintaiku.

Dia ingin mengajarkanku untuk mencintainya, aku menerima itu walau hatiku masih tertambat untuk orang lain yang tidak pernah dia ketahui. Akan tetapi, aku hanya terus mencoba untuk mencintainya, tidak! Tidak. Aku tidak pernah mencobanya, aku harus mempelajarinya.

Dengan sabar dan ketulusannya yang bisa kulihat dari matanya, semua perlakuannya padaku begitu halus, menghargaiku sebagai wanita, aku tahu dia sedang mengajarkanku untuk mencintainya. Cinta, huh? Membuat pikiranku melayang membayangkan orang yang kucintai, dan orang itu bukan dia. 

Tidakkah kau sadar??? Di depan matamu, sudah ada orang yang jelas-jelas tulus mencintaimu, tetapi di sisi lain kau mencintai seseorang yang lain dan orang itu tidak pernah tersadar jika ada kau yang sangat mencintainya? Ya! Sama dengan kau! Kau tidak pernah sadar jika ada dia yang amat mencintaimu setulus hatinya. Seharusnya kau sadar itu! Tanpa sadar, dia telah ada di genggamanmu, berbeda dengan orang itu yang jauh sejauh-jauhnya jarak yang pernah kau ketahui sehingga kau tidak pernah akan menggapainya, kau akan hanya terus bermimpi, berharap, hingga waktumu habis orang itu takkan pernah menuju ke arahmu. Sungguh, ini adalah perkataan hatiku, dan itu sepenuhnya benar. Aku seharusnya sadar.

Aku telah melihat sisi lain dari dia. Mataku menangkap sosoknya lalu merefleksikannya sebagai pria yang baik hati dan tidak mungkin menyakiti wanita. Lihat, dia begitu sempurna! Lantas, aku telah melewatkan itu. Aku terlalu egois, hanya mementingkan perasaanku sendiri. Seharusnya aku jatuh cinta padanya, kan? Mari kutunjukkan bahwa aku telah berhasil mencintai dia dengan sendirinya.

Rasa ini begitu bahagia, seperti ada setetes embun yang membasahi hati yang kekeringan. Aku menikmatinya, ini sungguh bahagia daripada yang kubayangkan! Dari semua yang pernah kuimpikan agar terjadi padaku dan orang yang kucintai dulu. Apakah ini yang dinamakan cinta? Bukan seperti perasaanku pada orang yang dulu itu? Kurasa begitu, inilah cinta.

Pernah aku merasa, akulah orang yang paling bahagia di dunia. Aku bisa melihat senyuman tulusnya padaku, dia juga bisa melihat itu dariku. Tepatnya, aku dan dia adalah pasangan paling bahagia di dunia.

Dan kebahagiaan itu langsung membuncah mengeluarkan bibit-bibit kebencian yang terus tumbuh ketika dia mencoba bermain api di depanku. Astaga, Tuhanku, di depan mataku sendiri! Dia bersama wanita lain asyik bercengkrama dengan hangatnya, dan apa aku harus mengatakan yang sebenarnya? Bahkan mereka bermesraan seperti pasangan baru yang dimabuk cinta, itu yang sebenarnya.

Ingin rasanya aku berteriak bahwa aku sakit mendapat pemandangan seperti itu. Aku merasa perasaanku sebagai wanita dipermainkan. Dia yang telah meluluhkan hatiku untuknya, dia juga yang membuatku merasa tidak punya hati lagi. Lantas, aku hanya menghampiri mereka yang sedang berduaan itu lalu menatap mereka dalam, telingaku rasanya tidak berfungsi lagi sehingga tidak mendengar dia meminta maaf dan menjelaskan semua itu dilakukannya karena ia merasa bosan padaku.

Aku merasa tidak dihargai perasaannya.

Dia seenak lisannya, mengucap maaf.

Tidak cukup jika dia menyakitiku dengan cara seperti ini.

Aku sudah cukup tersakiti oleh rasa bersalahku padanya, dulu.

Rasa bersalah itu tiba-tiba menghilang digantikan oleh kesalahannya padaku.

Ketulusannya dalam mengajariku untuk mencintainya adalah omong kosong belaka.

Semuanya kebohongan.

Dia tidak mencintaiku, 

karena cinta akan selalu membuat dua insan merasa nyaman lahir batin, bukannya sering dilanda kebosanan layaknya bocah,

lantas mengapa aku mau saja mencintainya?

Selama ini aku salah mengartikan dia.

Dan saatnya ku mengucapkan selamat tinggal padanya yang berarti benar-benar selamat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Black Moustache