maukah kalian membacanya? jika tidak, tinggalkan halaman ini, cari yang lebih bermanfaat. jika ya, pahami betul. aku harap. terima kasih.
Dear, God.
Aku tahu, inilah saatnya Engkau mendengarkan curhatanku, meskipun Engkau Yang Maha Tahu. Maafkan aku jika hanya memanggil nama-Mu dalam kesulitan yang kurasa tidak bisa lagi kuhadapi. Aku sadar, aku kurang ajar benar menjadi hamba-Mu. Akan tetapi, Tuhan, maafkan segala kekhilafanku.
Aku tahu, di saat aku tidak menemukan siapa yang pantas kuceritakan semuanya, Engkaulah yang terbaik.
Aku rasa, aku sudah tidak sanggup menjalani semuanya. Seluruhnya terasa datar. Bahkan, Engkau memberikanku banyak rintangan yang tidak harus kulewati cukup hanya kutahan dalam hati. Ya Tuhan, Engkau tahu pula, aku benar-benar tidak sanggup lagi menahannya, kan? Mengapa tidak Engkau hentikan saja semua ini? Engkau buat seluruhnya menjadi mudah? Engkau buat aku selalu mengingat-Mu agar aku tidak perlu ketakutan untuk menghadapi yang namanya penghabisan hidup itu. Mengapa, Ya Tuhan? Semuanya ini hanya membuatku tambah merasa tidak tahan dan hati ini rasanya sudah tidak bisa lagi menahan.
Aku bahkan ingin mati saat ini juga, meski aku tahu aku belum siap.
Akan tetapi, sampai kapan aku harus bertahan, hm, menahan semuanya.
Aku bukanlah seorang yang introvert, tidak pula ekstrovert. Aku hanya tidak menyukai berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali aku tidak nyaman berada di dekat mereka, membicarakan hal-hal yang tidak penting, mereka berusaha atau tidak berusaha --aku tidak peduli-- untuk membuatku tersenyum ikhlas tetapi aku hanya bisa menanggapi mereka dengan tatapan aku-tidak-bisa-siapa-kalian-aku-merasa-aneh-dengan-semua-ini. Aku juga tidak menyukai sifat seseorang yang terlalu berlebihan, mereka membuatku risih setengah mati. Aku hanya melakukan sesuatu yang harus benar-benar kulakukan, tanpa membuang banyak waktu di dalam hidupku. Aku bukan seseorang yang harusnya menceritakan semua masalahnya pada orangtuanya, pada sahabatnya, apalagi temannya. Kurasa, kupendam sudah lebih baik daripada beberapa orang di sekelilingku mengetahuinya. Aku bosan dengan orang yang mendatangiku tapi setelah itu meninggalkanku, buat apa ia mendatangiku? Terlihat pedulikah? Tidak, kecuali jika ia menetap bersamaku sampai ... entah sampai kapan, mungkin selamanya. Aku lebih baik sendiri tanpa menaruh sedikit kepedulian terhadap orang di sekitarku daripada aku harus menjadi diri yang bukan diriku di depan mereka. Aku hanya perlu waktu sendiri, aku hanya perlu seseorang yang setia menemaniku untuk menjalani kesendirian --bukan, bukan itu-- tapi seseorang yang datang padaku tapi tidak pergi.
Mereka itu bersikap apa? Datang lalu pergi, apa itu yang dikatakan peduli? Kutegaskan, tidak. Lebih baik tidak perlu datang, biar aku menunggu seseorang yang datang tapi tidak pergi.
Aku membenci mereka semua. Dan, aku benar-benar menikmati dalam kebencian itu.
...sampai aku pernah berpikir, aku sendiri dalam kebencian. Ya, aku sangat menyukai kesendirian, tetapi apa aku menyukai kebencian? Ya, maka itu Tuhan, panggillah aku jika aku benar-benar siap menyukai kesendirian dalam kebahagiaan.
Bahkan, aku pernah membayangkan aku mengalami kecelakaan parah yang beritanya terpampang di media mana pun. Di sana aku tersenyum bahagia, karena orang-orang di sekelilingku menangisiku. Dalam mengantarku ke rumah sakit pun, aku masih tersenyum bahagia karena orang-orang di sekelilingku membicarakanku, mendoakanku agar aku kembali bersama dengan mereka. Bukankah itu menyenangkan? Ketika ada orang yang ingin kau bersamanya? Aku bahagia sekali. Akan tetapi, di tengah-tengah kebahagiaanku, aku sendiri berjuang. Kesendirian dalam kebahagiaan. Tuhan, apa Engkau memanggilku sekarang? Baiklah, aku siap untuk itu.
Tangisan semakin kencang --aku masih mendengar itu-- menangisi kepergianku, aku benar-benar bahagia. Setelah sekian lama, aku tidak mencicipi hal yang sebahagia ini, aku benar-benar menikmatinya. Jadi, apa aku harus mati dahulu barulah orang benar-benar peduli padaku. Terkecuali, bagi siapa pun yang sudah datang padaku tapi tidak meninggalkanku, malah aku yang meninggalkannya. Maafkan aku, biarkan aku bisa merasakan yang namanya bahagia itu.
Ya Tuhan, aku siap dipanggil ketika aku merasakan kebahagiaan dalam kesendirian.
Panggilah aku saat itu, Tuhan.
Karena, pada saat itu aku benar-benar bahagia.
Aku juga ingin menyisipkan pesan-pesan pada keluargaku dan siapa pun di sana yang kuanggap sahabat --muncul di pikiranku saat mengetik-- bahkan, yang berusaha untuk membuatku tersenyum. Sampaikanlah pada mereka, Tuhan.
Aku mempunyai keluarga yang sangat amat baik padaku, tetapi aku selalu menganggap mereka ketidakbergunaan. Itu salahku. Sepenuhnya salahku, aku yang tidak menceritakan semua masalahku pada mereka. Aku seorang pemendam yang andal? Maaf dan terima kasih mau mengurusku sepenuh hati kalian.
Aku mempunyai segelintir orang yang jumlahnya tidak sampai jumlah jemari tangan kalian, merekalah sahabat-sahabatku. Mereka, yang selalu kuceritakan hal-hal tidak berguna tapi mau mendengarkannya dengan sabar, yang selalu kuceritakan hal penting pertama kali, yang selalu ada ketika aku mengalami kesulitan maupun kemudahan. Tentunya, mereka itu orang-orang yang datang dan tidak pergi. Maaf dan terima kasih sudah menjadi pendengar yang baik.
Aku juga ingin menyisipkan pesan-pesan pada keluargaku dan siapa pun di sana yang kuanggap sahabat --muncul di pikiranku saat mengetik-- bahkan, yang berusaha untuk membuatku tersenyum. Sampaikanlah pada mereka, Tuhan.
Aku mempunyai keluarga yang sangat amat baik padaku, tetapi aku selalu menganggap mereka ketidakbergunaan. Itu salahku. Sepenuhnya salahku, aku yang tidak menceritakan semua masalahku pada mereka. Aku seorang pemendam yang andal? Maaf dan terima kasih mau mengurusku sepenuh hati kalian.
Aku mempunyai segelintir orang yang jumlahnya tidak sampai jumlah jemari tangan kalian, merekalah sahabat-sahabatku. Mereka, yang selalu kuceritakan hal-hal tidak berguna tapi mau mendengarkannya dengan sabar, yang selalu kuceritakan hal penting pertama kali, yang selalu ada ketika aku mengalami kesulitan maupun kemudahan. Tentunya, mereka itu orang-orang yang datang dan tidak pergi. Maaf dan terima kasih sudah menjadi pendengar yang baik.
Aku mempunyai banyak teman. Entahlah, kalian --yang muncul di pikiranku sekarang-- menganggapku teman atau tidak, toh aku tidak peduli karena mungkin saja waktuku sudah di ujung. Aku sangat berterima kasih karena sudah berusaha membuatku mengerti kehidupan yang sebenarnya walaupun aku sangat bebal.
Yah, mungkin hanya itu.
satu dari sepersekian --entahlah-- manusia yang Kau cipta,
K.
K.
Tulisannya keren... :D jangan berenti nulis yaa..
BalasHapusWah! Aamiin makasih banyaaak :)
Hapus