kebencian dengan cinta bedanya setipis sayap anai-anai.

Pages

Sabtu

Fall for Nobody

Kata cinta terlalu berat untuk kuberikan pada mereka. Ini masalah hati, yang beradu dengan dia, dia, bahkan dia yang lain. Kutegaskan, cinta tidaklah mudah yang dibayangkan sehingga tidak mudah pula diberikan. Tidak ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku menganut paham jatuh hati pada pertemuan pertama, atau kedua, bahkan ketiga, dan seterusnya.

Awalnya, aku tidak mengenal namanya. Aku hanya mengenali wajahnya. Dia sangat biasa, sungguh biasa sampai suatu saat entah apa yang telah membalik logikaku sehingga ia nampak luar biasa. Aku akui, aku mulai tertarik dengan dia. Tidak jarang aku memerhatikan sosoknya diam-diam. Ekor mataku rasanya sulit untuk berhenti meneropong sosoknya. Pada akhirnya, hampir seluruh panca indraku terhipnotis oleh sosoknya dan mulai terkontaminasi oleh semua tingkah lakunya, semua senyuman yang ditawarkannya, semua lelucon yang dilontarkannya, semua sentuhan-sentuhan ringan yang katanya hanya candaan. Bagiku, semuanya tidak sebercanda itu. Dia sudah memberikanku kenyamanan.

Dalam posisi seperti ini, aku mengabaikan semua orang. Perhatian serta pikiranku tertuju padanya. Sampai suatu saat, dia telah menemukan cinta yang sebenarnya. C-i-n-t-a y-a-n-g s-e-b-e-n-e-r-n-y-a. Bukan sepertiku, yang rasanya hanya menaruh hati lebih padanya secara diam-diam. Hati yang sudah jatuh pada sosoknya ini serasa ditadah olehnya lalu didekapnya erat, lalu mengapa dijatuhkan hingga ke lapisan bumi-Mu yang paling dalam? Sakit, ya Tuhan.

Mengapa hati ini begitu mudah jatuh pada orang seperti dia? Bahkan dia belum mengucapkan selamat tinggal padaku sebagai kalimat terindah sekaligus menyakitkan yang pernah kudengar darinya. Tunggu, aku pun belum mendengar dia mengucapkan selamat datang padaku. Dia hanya memberikan kesempatan untukku untuk merasuki sosoknya sangat dalam lalu dengan mudahnya mengusirku. Rasanya seperti ada magnet lalu tiba-tiba kemampuan magnetiknya memudar begitu saja.

Hati ini mulai membuka begitu setelah sekian lama di dekapannya tanpa diberi kepastian. Aku mulai melihat dunia. Yang penuh orang-orang luar biasa, bahkan lebih luar biasa dibanding dia yang dulu. Jangan lagi, jangan...

Dan awalnya, aku benar-benar tidak mengenalinya. Namanya begitu aneh di telingaku. Wajahnya tidak terlalu jelas ketika kulihat pertama kali, mungkin... mataku tidak lagi dengan mudah menangkap sosok orang lain. Permulaan yang cukup baik.

Jangan jatuh ke jurang yang sama.

Wajahnya dalam berbagai ekspresi yang entah mengapa mudah sekali aku mengingatnya mulai menggerayangi pikiranku, suaranya selalu terngiang-ngiang di telingaku bahkan mataku dulu hanya memperhatikan dia yang dulu, mulai memperhatikan dia yang sekarang. Orang yang berbeda.

Dia mulai membuat lelucon dengan selera humor yang tinggi, yang tidak kalah membuatku tertawa dibanding lelucon dia yang dulu. Dia mulai menertawakan hampir seluruh ucapan dan tingkah laku yang konyol. Serta perlahan, senyumannya yang manis mulai menyulap hati ini yang tadinya tidak ingin jatuh menjadi kembali jatuh. Dan benar-benar jatuh dengan sempurna.

Aku sungguh menikmati masa-masa itu. Sungguh, awal yang semanis gula. Aku harap...

Tidak. Aku mulai sadar jika semua perlakuannya padaku, juga diberikannya untuk orang lain. Aku bukan satu-satunya. Aku satu dari kesekian.

Lantas, di mana gulanya? Ini bukan gula, jelas sekali ini pahit.

Belum, belum, belum. Aku belum ingin melupakan dia. Aku khawatir hati yang terlanjur jatuh ke lapisan bumi yang paling dalam ini kembali terangkat lalu jatuh lagi. Siklus yang penuh melankoli.

Biar, bertahan padanya kukira lebih baik daripada sengaja membiarkan hati ini nantinya terangkat lagi, lalu jatuh lagi.

Hingga akhirnya, tanpa kuduga, datanglah sosok yang baru. Dia yang pun memberikan tawanya, senyumnya, leluconnya, bahkan sentuhan-sentuhan ringannya. Ini biasa? Aku menduga aku tidak akan jatuh. Ya, pasti tidak akan. Kurasa aku cukup yakin.

Itu dulu, sekarang?...

Aku mulai tertarik padanya, dan rasa penasaran tentangnya menghantuiku. Rasa kagum mulai bermunculan dari sisi manapun, bahkan dari sisi yang tidak logis sekalipun. Cinta memang tidak logis, salah kuralat, rasa di hati memang tidak logis. Oke, kembali lagi, padahal teman-temanku mengatakan itu adalah hal yang biasa. Aku berlawanan pendapat, dia luar biasa.

Bisa tebak sekarang? Ya, aku jatuh hati, lagi. Dengan orang yang berbeda, lagi. Ajaib, rasa yang sama ini muncul untuk dua orang yang berbeda. Mengapa intervalnya begitu singkat? Aku benci ini.

Ya, sekarang kutegaskan, aku jatuh pada dua hati. Dan kalian tahu tidak? Sekarang, dia mulai meninggalkanku, kurasa. Dia tidak lagi menjadikanku prioritas. Aku juga bukan pilihannya, lagipula aku bukan barang dagangan yang dipilih sembarang orang. Aku tidak mengerti kenapa aku merasa begitu. Akan tetapi ini nyata. Sungguh nyata.

Tarik nafas perlahan. Kembali dengarkan ucapan orang lain dan buka mata.

Apabila kamu jatuh cinta pada dua hati yang berbeda, perjuangkan yang kedua, karena jika kamu memprioritaskan yang pertama, tentulah kamu tidak akan jatuh pada yang kedua.

Totally righttt.
Bagaimana bisa aku memperjuangkan yang kedua jika dia tidak lagi berjuang untukku? Lalu, jika aku kembali pada yang pertama, jarak kami terlanjur bagaikan bumi dengan matahari.

Semuanya kelabu.

Biar, sekarang berjalan semestinya. Dan kutebak, aku tidak sedang jatuh hati pada siapapun, kan?

-----

.....jengjeeeengggg!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Black Moustache